Goresan Pioneer PPG SM-3T III UNY |
Butuh kerja gesit untuk merancang program percepatan pendidikan di Indonesia. Terlebih dalam lingkup negara yang notabene berbentuk kepulauan dengan sosiokultur yang heterogen. Karena keheterogenan itulah pulau-pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Apabila digeneralisasikan, maka masalah klasik yang menjadi benang merah adalah ketidakmerataan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kondisi umum pendidikan di negara ini dilatarbelakangi oleh banyak faktor, mulai dari kekurangan tenaga pendidik, fasilitas yang belum memadai, kesadaran akan pentingnya pendidikan, sampai aksesibilitas yang masih jauh dari kata cukup. Peran guru sejatinya menjadi pondasi awal terciptanya kebiasaan baik untuk mulai melakukan perbaikan. Hal ini juga harus dibarengi dengan sarana pendukung yang baik dari semua jaringan.
Tantangan pendistribusian guru yang berkompeten selayaknya menjadi PR besar bagi pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Beragam program yang telah dirancang seharusnya tak berhenti hanya sebatas wacana. Permasalahan inilah yang menjadi gambaran jelas bahwa pelosok negeri sangat membutuhkan sentuhan pendidikan yang progresif, bukan pendidikan sebagai wacana ataupun proyek sesaat milik pemerintah.
Melalui program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia (MBMI), Dikti mencoba menawarkan solusi untuk pemerataan guru. Ribuan tenaga pendidik dikirim ke pelosok negeri untuk ikut andil, bergerak bersama melunasi janji kemerdekaan. Sebuah solusi yang seharusnya bisa mendobrak akar permasalahan pendidikan di Indonesia.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhammad Nuh pernah berujar, “Kalau adik-adik kita siap untuk berbagi, menginspirasi, mendidik di pelosok, masa kita semua tidak tergugah dan terinspirasi. Kita harus turut serta dalam berbagi dan memberikan dedikasi kita di dunia pendidikan.”
Tak banyak sarjana yang memiliki jiwa keterpanggilan untuk mengabdikan dirinya di pelosok negeri. Para sarjana muda yang tergabung dalam MBMI inilah yang akan menjadi penggerak pembangunan hampir di semua bidang, tidak hanya pendidikan. Kehadiran mereka di depan kelas, menemani anak-anak belajar, akan membuka gerbang inspirasi untuk bergerak di berbagai bidang.
Tak banyak sarjana yang memiliki jiwa keterpanggilan untuk mengabdikan dirinya di pelosok negeri. Para sarjana muda yang tergabung dalam MBMI inilah yang akan menjadi penggerak pembangunan hampir di semua bidang, tidak hanya pendidikan. Kehadiran mereka di depan kelas, menemani anak-anak belajar, akan membuka gerbang inspirasi untuk bergerak di berbagai bidang.
Peningkatan kualitas pendidikan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) tentu masih harus ditingkatkan. Tak lain tujuannya adalah agar terjadi pemerataan pendidikan di Indonesia. Hal ini menjadi perhatian khusus Kementerian Pendidikan Nasional mengingat daerah 3T memiliki peran strategis dalam memperkokoh ketahanan nasional dan keutuhan NKRI.
MBMI lahir dari hasil kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T. Dilansir dari majubersama.dikti.go.id bahwa program ini bertujuan untuk membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan pendidik terutama kekuangan tenaga pendidik. Selain itu juga memberikan pengalaman pengabdian kepada para sarjana pendidikan. Setahun mengabdi di daerah penempatan diharapkan menjadi embrio pembentukan sikap profesional, cinta tanah air, dan tanggung jawab terhadap kemajuan bangsa.
Program MBMI meliputi Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dengan Kewenangan Tambahan (PPGT), Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T), Kuliah Kerja Nyata di Daerah 3T-dan PPGT (KKN-3T PPGT), Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi Kolaboratif (PPGT Kolaboratif), dan S-1 Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan (S-1 KKT).
SM-3T sebagai bagian dari MBMI mencoba menawarkan solusi pemerataan guru. Lahirnya SM-3T sejak tahun 2011 dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru sekaligus mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan memiliki sikap peduli terhadap sesama. Selain itu, SM-3T juga diharapkan bisa mencetak guru yang memiliki jiwa mencerdaskan anak bangsa.
Di usianya yang kelima, SM-3T telah mengirim ribuan guru muda ke pelosok negeri. Tahun 2011 tercatat ada 2.479 guru, tahun 2012 ada 2.670 guru, dan 3.100 guru di tahun 2013. Pada awal rintisannya, daerah sasaran hanya meliputi beberapa kabupaten saja yang telah memberikan respon positif. Diantaranya Provinsi Aceh, NTT, Sulawesi Utara,Papua Barat, Papua, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku. (*)
(Pipit/Anggi)
(Pipit/Anggi)
Belum ada tanggapan untuk "MBMI, "MELUNASI JANJI KEMERDEKAAN""
Post a Comment
Terimakasih telah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat.