Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro

Festival HAM 2016. Pancasila disahkan sebagai Dasar Negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Namun sebelum Pancasila disahkan, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Nilai-nilai tersebut sudah ada dan melekat serta teramalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup. Adapun nilai-nilai yang dimaksud berupa adat istiadat, kebudayaan, serta religius. Nilai-nilai itulah yang kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal dalam sidang BPUPKI serta akhirnya disahkan sebagai suatu dasar filsafat negara Republik Indonesia yaitu Pancasila yang terdiri dari lima nilai esensial: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, serta keadilan. (Kaelan, 2013: 5-6)
Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro
Pancasila terdiri dari lima sila yaitu:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Berdasarkan kelima sila di atas, dapat kita ketahui sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun makna yang terkandung pada sila pertama yaitu:
  1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
  2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
  3. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama.
  4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
  5. Frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama monoteis namun frasa ini menekankan ke-Esaan dalam beragama.
  6. Mengandung makna adanya kausa prima yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
  7. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan dasar dalam pelaksanaan praktek ketatanegaraan di negara Pancasila. Sebagaimana tertuang dalam Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.” Hal tersebut juga ditegaskan pada Pasal 29 UUD 1945 ayat (2) yang berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.” Hal ini sejalan dengan perlindungan HAM dalam kebebasan memeluk agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing sebagaimana tertuang dalam Pasal 28E ayat (1). Sehingga sebagai warga negara sudah sewajarnya harus saling menghormati antar hak dan kewajiban setiap orang demi menjaga keutuhan negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.

Toleransi antar umat beragama harus dijunjung tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat mengurangi celah terjadinya konflik terutama yang menyangkut agama dan kepercayaan. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini Indonesia sedang mengalami krisis toleransi antar umat beragama. Berita tentang penistaan agama hampir setiap hari muncul di televisi. Hal itu dipicu karena kurangnya sikap saling hormat - menghormati dan menghargai perbedaan agama serta kepercayaan yang dianut oleh setiap individu maupun golongan.

Namun masih banyak masyarakat Indonesia yang menjungjung tinggi sikap toleransi sebagai wujud implementasi dari sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam kehidupan sehari-hari. Suku Samin Bojonegoro contohnya.
Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro
sumber foto: bloggerbojonegoro.or.id
Bersumber dari Wikipedia diketahui bahwa Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di kawasan Blora, Bojonegoro, dan Jawa Timur yang masing-masing bermukim di kawasan pegunungan Kendeng di perbatasan dua provinsi.

Di Bojonegoro tepatnya di Desa Margomulya terdapat sebuah dusun yang terletak di tengan-tengan hutan jati, dan disitulah suku samin bermukim. Nama dusun itu adalah Dusun Jepang, hidup seorang kakek bernama Harjo Kardi keturunan Ki Samin dengan seorang istri dan tujuh anaknya. Mbah Harjo Kardi merupakan cicit dari R. Surontiko yang bergelar ningrat Jawa R. Surowijoyo. Mbah Hardi Karjo lebih di kenal masyarakat Bojonegoro sebagai pemimpin Samin. (https://krangkong.bojonegoro.info/)

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Sarmini dan Yan Adi Christanto (2015: 61) dapat diketahui bahwa suku Samin menganut ajaran Ki Samin mengenai kejatmikaan atau ilmu untuk jiwa dan raga itu mengandung lima saran, yaitu:

“Jatmiko kehendak didasari usaha pengendalian diri. Jatmiko dalam beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghormati sesama makluk Tuhan. Jatmiko dalam mawas diri, melihat batin sendiri setiap saat, dapat menyelarasi dengan lingkungan. Jatmiko dalam menghadapi bencana/bahaya yang merupakan cobaan Tuhan Yang Maha Esa. Jatmiko untuk pegangan budi sejati.”

  (youtube: Jovan Siahaan/Samin, Sedulur Sikep dan Kearifan Lokal #1)

Ajaran kejatmikaan tersebut dapat dipecah menjadi bagian-bagian kecil dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari yaitu:

“Lak wani ojo wedi-wedi, lak wedi ojo wani-wani (kalau berani jangan pernah takut, kalau takut jangan pura-pura berani). Iso ngrumangsani, ojo rumongso iso (bisalah merasa, jangan merasa bisa). Panggada, pangrasa, pangawas, pangrungon. Ojok mirang sepodo, ojo mbedo sepodo (jangan merugikan orang lain, jangan membeda-bedakan orang). Dom sumuruping banyu (jarum terendam didalam air). Agomo iku gaman (agama adalah senjata). Kawulo manunggal ing gusti, gusti manunggal ing kawulo. Agomo podo, manungso seng bedo (agama sama, namun manusianya yang berbeda). Sak pulukan podo sak pulukan (satu rasa sama rata). Anak eling pak, bapak eling anak (anak selalu ingat terhadap orang tua, begitu orang tua yang selalu memperhatikan anak). Ojo dengki, iri, srei lan kemeren (larangan untuk iri, dengki dan rasa ingin memiliki apa yang bukan haknya). Kembali pada pohon besar (pemerintah yang sah). Andap asor (mengalah). Kukuh sikep (kesungguhan tanpa mengharap imbalan).”  (Sarmini dan Yan Adi Christanto, 2015: 63)

  (youtube: Jovan Siahaan/Samin, Sedulur Sikep dan Kearifan Lokal #2)

Masyarakat Samin lebih dikenal dengan ajaran sedulur sikep atau kukuh sikep dengan pegangan “dom sumuruping banyu” (segala tindakan harus di sesuaikan dengan pemikiran yang luhur). “Agomo iku gaman” (agama adalah senjata atau pegangan hidup). Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, yang penting adalah tabiat dalam hidupnya, jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan iri hati dan jangan suka mengambil milik orang lain, bersikap sabar dan jangan sombong, manusia harus memahami kehidupannya, sebab roh hanya satu dan dibawa abadi selamanya, bila orang berbicara, harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mbah Harjo:

“Agomo iku tuntunan lan patokan, uduk tontonan, tegese agomo ojok mung didadekne kedok gawe ngapusi lan nggeroi wong liyo. Koyoke wong ta’at agomo, nangisng asline ora ngerti opo-opo. Agomo iku podo kabeh, nanging manungsone dewe seng nggawe bedo, manungso iku titisane Gusti, kawulo manunggal ing gusti lan gusti manunggal ing kawuo, seng diarani kawulo manunggal ing gusti iku Adam lan Hawa metu mergo titisane Gusti, makane ojok mbedo sepodo lan miring sepodo, sebab kabeh manungso kui podo neng ngarepe Gustine.”
Agama adalah tuntunan dan patokan, bukanlah tontonan, yang artinya jangan sampai agama dijadikan alasan orang untuk menipu orang lain. Kelihatan seperti orang yang taat beribadah, namun tidak mengerti apa-apa tentang agama itu sendiri. Agama semua itu sama, namun yang membedakan adalah manusianya, manusia adalah titisan Tuhan, manusia bersatu dengan Tuhan, Tuhan ada dalam diri manusia. Adam dan Hawa lahir dari kehendak Tuhan, karena itu jangan membedakan orang lain, janga ada rasa ingin menjatuhkan orang lain, sebab semua manusia hakekatnya sama dimata Tuhan. (Sarmini dan Yan Adi Christanto, 2015: 63)

(youtube: Jovan Siahaan/Samin, Sedulur Sikep dan Kearifan Lokal #3)

Sebagaimana yang tertulis dalam hasil penelitian Sarmini dan Yan Adi Christanto (2015: 64) didapatkan bahwa cara beribadah menurut suku Samin itu merupakan hak paling hakiki yang dilaksanakan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, seperti halnya di Dusun Jepang ini, warga menyadari tentang adanya perbedaan keyakinan, maka dari itu tidak ada yang mempertentangkan agama dan keyakinan beribadah, seperti apa yang diutarakan oleh Mbah Harjo:

“Sholat yo shlolat, nyembah yo nyembah, nanging ojo sampek kabeh kui maeng ndadekade wong nduweni roso rumongso, nanging iso ngrumangsani tegese ngrumangsani lak nang ndunyo iki akeh seng arani bedo, bedo uduk dadine mbedo sepodo mirang sepodo, nanging barengbareng urip nang ndunyo karo bedo iku maeng. Ora mungkin kabeh seng enek neng ndunyo iki podo, makane mbalek maneh kenek opo seng diarani enek awan enek bengi, enek howo enek rupo, enek becik enek olo, kabeh iku maeng mek wong kon mikir lak ora mungkin nang ndunyo iki kudhu podo kabeh, nanging bedo iku pancen seng nguwehi seng Kuoso lan menungso mung iso nglakoni.”

Sholat silahkan sholat, beribadah silahkan beribadah, namun keseluruhan hal tersebut menjadikan manusia mempunya rasa besar hati, namun bisalah merasakan, artinya bisa merasakan bahwa di dunia ini banyak hal yang berbeda, beda bukanlah menjadikan manusia saling membedakan, namun hidup bersama-sama dan selaras. Kembali lagi pada adanya siang dan malam, rasa dan wujud, baik dan buruk, dengan semua hal tersebut seharusnya bisa menjadikan manusia berfikir, tidak mungkin di dunia ini semua sama, namun menyadari bahwa perbedaan tersebut sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa dan manusia hanya bisa menjalani.

Bila dilihat dari ajaran-ajaran tersebut mencerminkan sebagian dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Terutama nilai Ketuhanan yang terkandung dalam sila pertama yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa. Masyarakat Suku Samin mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kehidupan sehari hari. Segala aktivitas dijalankan berdasarkan tuntunan agama dan kepercayaan sesuai dengan ajaran kejatmikaan dan selaras dengan Pancasila.

Masyarakat Samin merupakan masyarakat yang mempunyai toleransi sangat tinggi baik terhadap sesama masyarakat Samin sendiri maupun anggota masyarakat lainnya. Hal ini terbukti dengan tidak pernah ada permasalahan dan perselisihan yang terjadi di Dusun tersebut. Saling menghargai satu sama lain merupakan bagian dari Masyarakat Dusun Jepang yang dihuni para Pejuang Samin dan Masyarakat Pendatang.  Hal ini menandakan bahwa Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” hidup dan berkembang dalam keseharian masyarakat Suku Samin Bojonegoro.


Referensi Bacaan:
Kaelan. 2013. Negara Kebangsaan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Sarmini dan Yan Adi Christanto. 2015. Konstruksi Masyarakat Samin Tentang Nilai-Nilai Pancasila di Dusun Jepang Kecamatan Margomulyo Bojonegoro. Surabaya: UNESA.

Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen)

https://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin diakses pada hari Rabu, 23 November 2016.

https://krangkong.bojonegoro.info/sejarah-suku-samin-di-bojonegoro/ diakses pada hari Rabu, 23 November 2016.

http://www.bloggerbojonegoro.or.id/belajar-dari-kyai-samin-hidup-jujur-dan-anti-kekerasan/ diakses pada hari Rabu, 23 November 2016.

Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=8pTXFznHdqA Samin, Sedulur Sedikep dan Kearifan Lokal #1

https://www.youtube.com/watch?v=3jRzW4Kalr0 Samin, Sedulur Sedikep dan Kearifan Lokal #2

https://www.youtube.com/watch?v=yB4p1hL5wS0 Samin, Sedulur Sedikep dan Kearifan Lokal #3

Tulisan Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro ini diikutkan dalam lomba blog Festival HAM 2016.




Postingan terkait:

59 Tanggapan untuk "Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro"

  1. Bermanfaat bagi bagi saya, terima kasih

    ReplyDelete
  2. Tulisannya mantap Pak, jadi seneng baca nih apalagi bacaan yg mengandung intelektual bermanfaat banget

    ReplyDelete
  3. Tulisannya mantap Pak, jadi seneng baca nih apalagi bacaan yg mengandung intelektual bermanfaat banget

    ReplyDelete
  4. Tulisan yang bagus dan menambah pengembangangan keilmuan kita tentang HAM khususnya local genius yg berkaitan dengan HAM

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih mas sidik... Smga bermanfaat khususnya dlm pembelajaran PPKn

      Delete
  5. Mantep Tulisan Pa Guru , teriam kasih semoga bermanfaat lanjut terus pantang menyerah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip sip... Smga bs mengambil manfaat dari tulisan trsbt...

      Delete
  6. Keren bgt blog y pa.
    Banyak ilmu yg bisa di ambil dari karya tulis y.
    Lanjutkan ��

    ReplyDelete
  7. Blognya clean, enak diliat, contennya juga joss termasuk yang tentang "Implementasi Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-Hari Suku Samin Bojonegoro" ini,.. Terus berkarya melalui tulisan mas bro!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks mas bro... Smga kt semua bs mngimplementasikan nilai2x trsbut dlm kehidupan sehari hari...

      Delete
  8. Terima kasih telah membuka mata kami (para pembaca) bahwa Indonesia memiliki begitu banyak suku budaya.bercermin dari suku Samin. Semoga masyarakat Indonesia bisa melek tolernsi, menghargai perbedaan.
    "Agomo iku gaman" senjata untuk melawan sikap kebencian dan perecahan.
    Gaman yang dipake di dunia agar hidup rukun dan selaras untuk menuju akhirat. Gaman donyo lan akhirat.
    *sy belajar banyak toh mas?
    Tulisannya kereeen

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe... Pinter ya... Toleransi harus bs dijunjung tinggi oleh setiap warga negara supaya tdk trjadi perpecahan dan NKRI tetap kokoh.

      Delete
  9. HAM itu dari ternyata sudah lahir dalam diri bangsa indonesia, sejak nusantara belum lahir,hak untuk mengeluarkan pendapat juga sudah tercermin dalam musyawarah dan gotong royong,,,,
    web sungguh mengispirasi suku samin mirip dengan wongcombone

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagaimana materi tentang HAM yg dl pernah dijelaskan oleh dosen bahwa HAM it sdh ad dan dimiliki oleh manusia sejak roh ditiupkan ke dalam rahim. HAM kaitannya sangat erat dngn Pancasila, di dalam Pancasila HAM setiap warga negara dijamin. Betul sekali pak Tyos Nilai-nilai Pancasila digali dari kepribadian bangsa Indonesia sendiri yg sdh ad sebelum Pancasila disahkan menjadi dasar negara Indonesia. Kita bs belajar banyak dari suku pedalaman ini, dan tentunya hars bs kita amalkan jg dalam kehidupan sehari hari... Smoga kita semua bs selalu mengisnpirasi. Salam...

      Delete
  10. Mantep yaa pak..
    Ilmu baru nih...
    Makasi pak...
    Semangatttt

    ReplyDelete
  11. mudah-mudahan kita bisa melaksanakan sila pertama dengan baik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hrpannya sprti it pak did... Yg kmdian bs mnjiwai sila sila berikutnya.

      Delete
  12. Mantap mas.. Sy jdi teringat pengalaman pnltian pd masy di bawah kaki gunung merbabu tentang pengamalan nilai nilai pancasila.. Dn hasilnya walau mereka kebanyak kurang tau tentang pancasila tapi mereka sebenarnya sudah mengamalkan nilai nilai pancasila tersebut. Bukan hanya nilai sila pertama tapi keseluruhan sila di amalkan dalam kehidupan sehari harinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Btul sx mas dwi... Krn pd dasarnya Pancasila digali dr kebiasaan, adat, religius, bangsa Indonesia it sndri. Smga sj kita semua bs mngimplementasikan nilai2x tsbt dlm keseharian.

      Delete
  13. Mantappp.. tulisan ini akan memberikan banyak inspirasi dan sudut pandangan yg berbeda.

    ReplyDelete
  14. Bagus banget tulisannya...
    Bener bener sangat menginspirasi....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimaksih ibu...semoga bs menginspirasi dan mengimplementasikannya ya bu........

      Delete
  15. Wah mantab mas ceritanya inspiratif sekali... semoga bermanfaat ya...
    ada pelajaran yang dapat dipetik dari cerita ini untuk kemajuan bangsa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Smg kita smua bs memetik kebermanfaatannya kmudian diaplikasikn dlm khdpan shri hri...

      Delete
  16. Mantap nih pak materinya, bermanfaat banget, lanjutkan oak guru...

    ReplyDelete
  17. materinya sanga bagus dan mudah dipahami.....dan sangat memberi pemahaman baru...
    buku2 sebagai sumber dari artikel ini pasti sangt memadai..sehingga materinya sangat luas dan konprehensif...
    smangt mas..kutunggu artikel selanjutanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buku andalan mahasiswa PKn ini..... Sekiranya bs dijadikan sbga sumber primer sbgai pnguat artikel ini. Trmksih mas... Sampai jumpa di postingan berikutnya.

      Delete
  18. jika semua masyarakat bisa mengamalkan nilai KETUHANAN YANG MAHA ESA dan menghargai adanya perbedaan seperti yang dilakukan oleh masyarakat samin pasti hidup bisa adhem ayem tentrem :)
    sangat menginspirasi.

    ReplyDelete
  19. Smga sj dngn diamalkannya sila pertama kemudian dpt menjiwai sila-sila berukutnya seihingga kedamaian hidup bukan hanya sekedar filosofi belaka.

    ReplyDelete
  20. Bagus Pak artikelnya..
    Apa yang ada di Al Qur'an ternyata memang ada di sila-sila Pancasila, salah satunya sila pertama.

    ReplyDelete
  21. Itulah knp sila pertama disebutnya sbg Kausa prima....

    ReplyDelete
  22. Lengkap..
    Terima kasih infonya ��

    ReplyDelete
  23. bagus tulisannya. coba diangkat juga ke surat kabar atau ke kompasiana boss

    ReplyDelete
  24. Trmksih mas radja.... Nanti akan saya cb... Mksh sarannya mas...

    ReplyDelete
  25. cb kl misalkan rakyat indonseia mampu mngamalkan sila k satu ini,mungkin ga prnh ada perpcahan satu sama lain, misalnya ky teroris dll saya terenyuh skli dg wrga samin...dg berpgangny sila pertma , mrka mampu hidup damai menghargai satu sama lain, keren blognya ... lanjutkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sx bu... Pabila sila pertama ini djlankan dngn baik dan toleran semuanya akan damai... Sila pertama ini menjiwai sila 2,3,4,dan 5.

      Delete
  26. inspiratif, dan mari kita lestarikan budaya yg heterogen di Indonesia berlandaskan Ketuhanan. Mengakui hak dan Eksistensi Masyarakat adat, begitu juga kearifan lokak setiap daerah.

    ReplyDelete
  27. Saya setuju dngan Mas Leo...untuk tetap mempertahankan kebhinekaan sudah selayaknya kita semua menjunjung tinggi rasa TOLERANSI supaya hidup rukun tentram dan damai.

    ReplyDelete
  28. Keren!!!
    Tetap pertahankan semangat toleransi buat kita semuaaa,
    #TorangSamuaBasudara

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sip mas wil.... Toleransi hrs tetap kita junjung tinggi

      Delete
  29. belajar pendidikan kewarganegaraan yang diaplikasikan langsung dlm kehidupan sehari-hari.

    bagus, pak anggie.. sukses..

    ReplyDelete
  30. belajar pendidikan kewarganegaraan yang diaplikasikan langsung dlm kehidupan sehari-hari.

    bagus, pak anggie.. sukses..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bu... Biar teori sm prakteknya simbang gt....

      Delete
  31. bagus gi artikelnya,,inspiratif dlm memperkuat kebhinnekaan. acara festival HAM yg di bojonegoro kemrin itu ta..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih mas lorong...smga dpt menginspirasi kita semua tuk bs saling menghargai kebhinekaan sehingga NKRI tetep kokoh di negara yang bedasarkan UUD 1945 dan berasaskan Pancasila ini.

      Delete

Terimakasih telah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat.